Sumatera Barat merupakan sebuah
provinsi di Indonesia yang dikenal dengan beberapa kekhasannya. Salah satunya
rendang, jangan tanya lagi apa itu rendang, jika kamu orang Indonesia. Bahkan
dunia internasional saja sudah sangat mengenal rendang.
Terkenalnya rendang yang
merupakan makanan khas Sumatera Barat, juga menjadi salah satu indikator bahwa
provinsi ini memiliki identitas pada ranah kuliner. Ya, banyak orang Indonesia
yang menyukai makanan-makanan khas Sumatera Barat, yang biasa diistilahkan
dengan “Nasi Padang”. Selain itu, cita rasa pedas dan berminyak pun menjadi
sebuah ciri makanan daerah ini, terbukti dengan adanya keripik balado, ayam
balado, gulai ikan, dan lain-lain.
Namun, rupanya provinsi tempat
berkembangnya cerita rakyat “Malin Kundang” ini tidak hanya berpotensi pada
makanan peda dan berminyak, apa lagi yang diolah secara rendang (dengan parutan
kelapa, cabe, minyak, dan rempah-rempah). Ada satu potensi yang kini tengah
menginovasi di Sumatera Barat. Apa itu?
Video penjelasan potensi cokelat Sumatera Barat, yang dibuat oleh penulis bersama tim bekerja sama dengan pulangkampuang.com dan UKM ITB
Dialah cokelat, makanan lezat yang disukai oleh orang sedunia. Cokelat, berasal dari buah kakao, yang ternyata dapat tumbuh dengan baik di hampir seluruh wilayah provinsi Sumatera Barat. Provinsi ini memiliki 12 kabupaten dan 7 Kota, semuanya berpotensi sebagai area pemeliharaan dan pengembangan tanaman kakao.
Kualitas tanamannya pun luar
biasa, buahnya besar dan bagus, serta sangat baik untuk diolah menjadi cokelat
yang dapat dikonsumsi sehari-hari. Buah yang terbaik itu ada di Kabupaten 50
Kota, karena petaninya telah mendapatkan pengetahuan cara budidaya yang baik,
dan sudah menerapkannya beberapa tahun belakangan semenjak tahun 2011. Bahkan,
sebuah kabar baik mengatakan bahwa
hasil kakao dari kabupaten ini terdaftar dalam 50 kakao dengan citarasa terbaik
se-dunia, dalam perlombaan di Paris, Perancis, tahun 2015 silam.
Setelah itu ada Kabupaten Padang
Pariaman yang pertama kali memulai pengembangan tanaman kakao beserta hasil
olahannya. Selanjutnya ada Kota Batusangkar, Kota Padang Panjang, dan Kota
Padang.
![]() |
Mesin Pabrik - Salah satu mesin di pabrik mini pengolahan cokelat yang berada di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. |
Semenjak Gamawan Fauzi masih
menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat, pemerintah provinsi ini sudah
mencetuskan semangat untuk pengembangan potensi kakao. Sekitar tahun 2005,
Provinsi Sumatera Barat dicanangkan sebagai Pusat Pengembangan Kakao untuk
Wilayah Indonesia Bagian Barat. Saat itu, luas lahan tanaman kakao Sumatera
Barat jika ditotalkan mencapai 25.042 Ha, yang dominan merupakan kebun rakyat (23.188
Ha) dan hanya 1.854 Ha milik swasta. Potensi tersebut mampu menghasilkan 14.068
ton biji coklat setiap tahunnya.
Inilah yang membuahkan inovasi
awal dalam pendatangan mesin pengolah kakao untuk menjadi cokelat siap saji. Pada
mulanya mesin-mesin disebar ke tiga daerah, yaitu Kabupaten Padang Pariaman,
Kabupaten Agam, dan Kabupaten Pasaman. Namun, sejauh ini yang telah diketahui
berjalan dengan baik ada di Kota Payakumbuh, dengan hasilnya yang diberi brand “Cokato”, yaitu akronim dari
Cokelat Kapalo Koto.
![]() |
Pengemasan - Salah satu proses pengolahan hasil tanaman kakao menjadi cokelat, yaitu pengemasan. Ini tahap yang sangat penting dalam tujuan memasarkan produk yang dapat jadi unggulan daerah ini. |
Tentu saja, ada banyak manfaat
yang dipetik dari pemberian aset mesin tersebut oleh pemerintah. Dari satu
pabrik dengan mesin-mesin yang dimilikinya, akan banyak potensi yang dapat
dikembangkan sebagai inovasi daerah.
Pertama, manfaat yang paling dirasakan ada pada para petani kakao yang semakin
terdorong untuk bertani dengan baik.
Dengan latar belakang pendidikan
dan pemahaman teknologi yang terbatas, sebelumnya petani cenderung bertani
seadanya, yakni menanam lalu menjual hasilnya kepada penadah, itupun jika buah
dan bijinya bagus. Hasil yang terjual tersebut dijual dengan harga yang tidak
tinggi, bisa mencapai Rp5000 untuk 1 kg biji, paling tinggi sekitar Rp27.000
per kg biji. Selanjutnya hasil tersebut dijual kepada pihak yang tidak tahu
siapa mereka.
Namun, dengan adanya pabrik mini
dengan mesin pengolahan cokelat yang dihibahkan oleh pemerintah, petani seakan
mendapat alasan untuk meningkatkan kualitas dan penjualan hasil tanaman
kebunnya tersebut. Kebiasaan pengolahan yang sebelumnya biasa saja, kini
disertai dengan proses fermentasi, sehingga dapat dijual dengan harga yang
lebih tinggi, yakni mencapai Rp40.000 per kg.
Manfaat selanjutnya ada pada
produk yang dihasilkan, yaitu cokelat, dalam berbagai bentuk sajian seperti
bubuk untuk minuman, permen, cokelat batangan, dan untuk adonan makanan
lainnya. Ini tentu menakjubkan, hasil pertanian lokal ternyata bisa menjadi
produk yang selama ini menjadi favorit banyak kalangan. Tentu saja, ini menjadi
potensi yang besar bagi pendapatan daerah.
Hasil olahan yang menjadi produk
cokelat tersebut pastinya menghadirkan satu ciri khas dari daerah tersebut.
Pemikiran yang terlintas ialah “Cokelat ini asli dari Sumatera Barat!” dan jika
sudah demikian, banyak sektor yang juga bisa tertopangi dengan lebih baik.
Salah satunya sektor pariwisata yang juga sedang dikembangkan pesat oleh pemrpov
Sumbar. Dengan adanya produk khas yang beragam (tidak hanya keripik dan makanan
pedas tradisional lainnya), tentu aka nada variasi yang bisa dibawa dari
Sumatera Barat sebagai destinasi wisata. Apa lagi, cokelat merupakan makanan
yang dianggap sangat modern dan mengglobal. Pasti keren!
![]() |
Kemasan - Salah satu produk yang dikemas dan dipasarkan dengan brand "Adam Cokelat" |
Adam Cokelat, juga ternyata menjadi sebuah brand produk pertanian kebanggaan Kabupaten Padang Pariaman. Selain dijajakan langsung di pabrik mini di Sintuak Toboh Gadang, produk Adam Cokelat pun disalurkan ke beberapa tempat seperti Cafe Rindu yang dimiliki oleh pengelola pabrik, meski berlokasi jauh dari pabrik.
![]() |
Ice Chocolate - Minuman Cokelat dingin merupakan satu produk yang dapat disantap pada sebuah gerai penyedia hasil olahan kakao Padang Pariaman, Sumatera Barat, yaitu Lapau Cokelat. |
Upaya pendukung sektor pariwisata, itulah yang menjadi sasaran empuk bagi setiap daerah yang mengembangkan pengolahan cokelat Sumatera Barat ini. Sebagaimana yang juga ditargetkan dan diprogramkan oleh cokelat olahan pabrik mini Bungus Agro yang dikelola oleh Gabungan Kelompok Tani Kelurahan Bungus Timur, yang berada di Kecamatan Bungus, Kota Padang. Dengan pabrik yang baru berdiri dan beraktivitas kurang dari setahun, produk yang dikembangkan memiliki brand “Taraso”.
Pabrik Mini - Gedung rumahan kecil tempat bernaungnya mesin-mesin pengolah kakao yang dipakai oleh Gapoktan Bungus Agro, yang memproduksi cokelat dengan brand "Taraso". |
Mungkin perlu sedikit dijelaskan
juga mengenai cita rasa cokelat ini. Dengan tersedianya mesin pada pabrik mini
yang dialokasikan oleh pemerintah tersebut, masyarakat tani atau pengelola
ternyata mampu mengolah buah kakao menjadi kuliner cokelat yang kualitasnya
sesuai harapan, bahkan jauh di atas makanan cokelat yang dijual pada umumnya,
termasuk yang katanya diimpor dari luar negeri.
Dengan mesin-mesin tersebut, buah
kakao diolah sebagaimana mestinya santapan cokelat yang sehat, bergizi, bahkan
mengobati, dan minim resiko penyakit. Persoalannya, ternyata cokelat-cokelat dikonsumsi
di Indonesia yang bersumber dari produk impor dari luar negeri selama ini,
kebanyakan bukanlah menyerap elemen terbaik dari biji kakao. Tak hanya itu,
lemak yang dicampur untuk pengolahannya bukanlah lemak asli cokelat yang
didapat dari proses fermentasi. Produk cokelat mainstream yang dipasarkan saat ini hampir semuanya menggunakan
campuran lemak nabati (bukan cokelat) dicampur dengan gula yang sangat banyak.
Dan perlu kita pahami lagi bahwa
makanan atau minuman cokelat yang menurut beberapa artikel luar negeri sangat
menyehatkan, memanglah menyehatkan. Ada kandungan obat alami di dalamnya. Namun,
itu berlaku untuk olahan yang sebenar-benarnya atau dominan cokelat, bukan yang
sebagian besar kemanisannya dari gula buatan, dan campuran lemak buatan pula.
Maka dari itu, tak ada istilah
lain selain “Incredible!” untuk menggambarkan potensi inovasi yang
masih terus dikembangkan oleh Sumatera Barat ini. Dengan luas tanaman kakao
yang memadai, disertai mesin pengolah yang direncanakan terus mengalami
penambahan, taka da keraguan bahwa hasil pertanian Sumatera Barat akan menjadi
komoditi terbesar di daerah ini, dan bisa dimanfaatkan tak hanya untuk
masyarakat setempat, tapi juga untuk Indonesia!
Segala inovasi yang ada tentu
bertujuan demi taraf hidup yang lebih baik lagi. Sangat diharapkan bila
hasil-hasil yang ditunjukkan oleh pabrik-pabrik yang sudah ada dapat memberikan
nafas lega dan senyum lebar bagi petani, apa lagi jika mampu mendatangkan
investor dan donatur, yang akan bersama membantu kebutuhan masyarakat dalam
pemanfaatan tanaman kakao ini.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
Boleh minta kontak untuk menghubungi pengolah-pengolah kakao di sumbar ini min?
BalasHapus