Jumat, 02 April 2010

“BARU KALI INI DI FIKOM TERJADI SEPERTI INI”


Pada Jumat (19/02/10) salah satu kelas di Fikom, yaitu kelas Ilkom A –yang sudah pastinya mereka adalah MABA 2009, punya mata kuliah Komunikasi Massa. Dosen yang mengajar adalah pak Dudy dan juga pak Dedy, dosen dari Manajemen Komunikasi.
Siang itu sehabis waktunya shalat Jumat, memang jadwalnya kami masuk mata kuliah Komunikasi Massa tersebut. Kami pun menunggu dosen datang.  Bukan di kelas, bukan di koridor depan kelas, kami malah menunggu di koridor menuju Roster di depan gedung 2. Tak ada dari kami yang menghimbau untuk menunggu di dalam gedung. Hingga Surya dan Fadil mengecek ke kelas, ternyata dosen tidak ada. Mereka pun sudah menelpon salah satu dosen yang mengajar di kelas kami, namun tidak ada jawaban.
Menanggapi hal tersebut, dan melihat waktu juga sudah menunjukkan pukul satu lebih sepuluh, kami pun mangambil keputusan untuk W.O. alias tidak masuk kelas karena disimpulkan bahwa dosen tidak ada. Kami pun mulai bubar. Ada yang ke kosan, ada yang ke kantin, ad yang ke Jatos, dan malahan ada yang pulang ke Bandung.  
Yang masih di kampus ada saya, Anas, Ridwa, dan Indira. Awalnya saya, Anas, dan Ridwan ngobrol dulu hingga waktu menunjukkan pukul setengah dua. Setelah itu saya dan Anas ke perpustakaan Fikom untuk mengembalikan buku dan beristirahat. Ridwan ke kantin, mengikuti Indira dan teman-teman Fikom lain. Ketika saya baru mau meminjam buku untuk dibaca di Perpus, Surya menelepon dengan paniknya, “Fif, lo dimana? Cepetan ke kelas, di kelas ada dosen!” , saya yang biasanya tidak langsung mempercayai Surya langsung memanggil Anas dan berlarian ke kelas.
Di kelas ada dua orang dosen yang ketika saya dan Anas masuk langsung bertanya, “kelas apa?”,ketika saya jawab “Kommas pak”, kami langsung disuruh duduk, dan sedikit diomeli.
“Kenapa kalian menunggu di luar gedung? Kenapa tidak menunggu di dalam kelas ato di depan kelas? BARU KALI INI DI FIKOM TERJADI SEPERTI INI. Sebelum ada kontrak belajar,kalian tidak berhak mengambil keputusan seperti itu”
Hingga salah salah satu dari mereka menginstruksi sekaligus mengancam kami,
“sekarang hubungi teman-teman kalian, saya tunggu sampai jam dua, jika tetap tidak ada, kelas ini langsung TIDAK SAYA LULUSKAN”
Mendengar kata-kata tersebut saya dan Anas langsung membuat SMS jarkoman buat teman-teman. Namun belum selesai saya membuat SMS, saya mendapat sebuah SMS yang isinya:       
“BAHAYA bwt smua ilkom A. Harap dating k kampus bwt komunikasi mass. Td dosenny tlv gw n marah2 ktany klo kita gk dteng SATU KELAS BAKAL DI KASIH NILAI E. SEBARIN K YANG LAIN. Please”
Kemudian quota kami bertambah, Fadil,Surya,Indra dan Ridwan masuk. Kami masih menunggu teman-teman yang lain untuk datang agar bisa memulai kuliah. Quota kami terus bertambah. Tampak teman-teman yang datang ngos-ngosan dan penuh keringat karena dipastikan berlarian dan tergesa-gesa ke kelas. Apalagi yang dari Bandung. Malahan ada salah satu yang dari Bandung sudah hampir mengganti bajunya. Sukur quota kami sudah banyak dan melebihi setengah dari kelas kami, sehingga kami bisa memulai kuliah dengan baik, dan sang dosen tampak sudah tidak emosi lagi. Kita pun memulai kuliah dengan membuat kontrak belajar yang sah untuk kelas kami.
Ini merupakan pelajaran terbesar bagi kami, bahwa sebelum ada kontrak belajar, kami tidak berhak mengambil keputusan seperti itu. Dan ini juga merupakan pengalaman terbesar , terburuk sekaligus terbaik kami di Fikom, karena telah mencatat sejarah. (creAfif)
Powered By Blogger