Selasa, 18 Oktober 2016

Melawan Si Botak Yang Melawan Arus




Ini cerita tadi malam, saat saya diantar teman ke tempat pencarian angkot untuk pulang ke rumah.

Setibanya di lokasi (bukan terminal, tapi tempat terdekat yang dilalui angkot), saya turun dari mobil. Sehabis pamit saya jalan mengambil langkah ke sisi jalan untuk menyeberang dan melalui sisi belakang mobil.

Saat tiba akan menyeberang, tiba-tiba seseorang dengan sepeda motornya lewat di depan saya secara mengejutkan dan kecepatan tinggi. Dia melawan arus, tapi tetap memakai helm, helm alami (botak pelontos). Beruntung saya yang sudah belajar ilmu ninja berdetik-detik dengan menonton televisi bisa bergerak cepat.

Karena terkejut, saya sedikit kesal, sepersekian detik saat orang tersebut berhasil melintas di depan saya, saya merespon dengan nada kesal bercampur kaget dengan mengatakan "MANTAP!"

Lalu apa yang terjadi?

Bapak tersebut berhenti, dan memanggil saya. Saya pun menoleh dan mendatanginya. Singat cerita, berikut percakapan saya dengannya:

B = Botak
G = Ganteng

B: Anggota Kau? Ha? Anggota Kau?
G: Anggota? Bukan, Ambo warga biaso Pak!
B: Trus ngapai sebut-sebut "MANTAP!"? Kurang ajar Kau.
G: Loh, Ambo dek ndak suko Apak lewat melawan arus, dan membahayakan urang. (Loh Saya memang karena tidak suka Bapak jalan melawan arus, ini membahayakan orang)
B: Emang kanai? Ndak kan? (Emang kena? Tidak kan?)
G: Emang ndak, tapi iko salah, dan bahayo Pak. (Emang tidak, tapi ini salah dan berbahaya Pak)
B: Ya terus ngapain sebut-sebut "MANTAP"?
G: Lah itu kan ekspresi saya, saya terkejut!
B: Ekspresi-ekspresi kata Kau! Bikin masalah aja Kau.
G: Loh Apak yang salah melawan arus! (Loh Bapak yang salah, melawan arus)
B: Berani Kau? Tanding ajo lah kito satu-satu di sini

Dia bergerak ingin menepikan motornya dan akan turun. Saya langsung merespon.

G: Alah Pak, stop! Awak ndak nio kalau mode tu, awak laporkan Apak beko lai? Awak warga sipil bisa melapor Pak! (Sudah Pak, Stop! Saya tidak suka cara begitu. Bapak mau saya laporkan? Saya warga sipil, bisa melaporkan Bapak!)
B: Yolah pergi kau sana!
G: Oke Pak!!

Saya pun perlahan menyeberang, sementara Bapak tersebut menuju sebuah kafe yang menjual nasi goreng. Sepertinya dia mau membeli shushi.

Ini kesekian kalinya saya ribut dengan orang yang lebih tua di jalanan. Dan kali ini, sepertinya dia militer. Tak masalah, sebelumnya saya sering ribut dengan polantas. Dan itu menyenangkan.

Mengapa menyenangkan? Mereka lucu ketika emosi, saya pun tertawa dengan cara saya membantah dan berakting, barangkali jika ada kawan yang menonton, dia pun menertawakan saya.

Tujuannya sederhana, saya ingin melawan kesemena-menaan akibat kesombongan karena merasa lebih hebat, dan kedua saya ingin melampiaskan emosi akibat lelah berkegiatan sehari-hari, sambil melatih retorika.

Namun, saya hanya sering melakukannya kepada orang yang lebih tua. Karena mereka jadi lucu ketika sudah jelas-jelas salah, tapi masih ingin terlihat benar dan salah, di depan orang yang lebih muda. Padahal sebenarnya, mengakui kesalahan jauh lebih dewasa dan bijaksana. Saya pun begitu kepada orang yang lebih muda. Alangkah malunya jika terpergok salah oleh yang lebih muda, tapi lebih malu lagi jika berbalik memarahi mereka. Sebaliknya, kepada yang lebih muda, jika mereka salah, saya lebih memilih mengajak diskusi.

Sekian. Terima kasih.

(Ini cuma blog, bukan website pemerintah. Jika ada yang kurang tepat, jangan laporkan apalagi didemo, sampaikan saja di kolom komen yang tersedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ngomong aja..

Powered By Blogger